SURAT Kabar atau yang lebih dikenal dengan koran, merupakan salah satu media informasi yang ada dimasyarakat. Surat kabar sudah dianggap sebagai media informasi yang efisien, disamping televisi dan radio.
Bukan hanya kalangan pejabat atau pengusaha saja yang membaca surat kabar, tetapi ada tukang becak, para pedagang,supir angkot, tukang parkir, mahasiswa dan lain sebagainya.
Dengan membaca surat kabar, kita bisa terus mengikuti perkembangan-perkembangan aktual, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Pada intinya kita semua membutuhkan informasi. Informasi sudah dianggap sebagai kebutuhan pokok, yang tidak boleh dilewatkan.
Surat kabar sendiri memiliki tiga fungsi utama dan fungsi sekunder seperti yang disampaikan oleh Agee seorang tokoh media.
Fungsi Utama Surat Kabar
yaitu (1). To Inform (menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam satu komunitas , negara dan dunia, (2) To comment (Mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya kedalam fokus berita, (3), To Provide (Menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media.
Fungsi sekunder Surat Kabar
yaitu; (1) untuk mengkampanyekan proyek-proyek yang bersifat kemasyarakatan, yang diperlukan untuk membantu kondisi-kondisi tertentu, (2) Memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik, kartun dan cerita khusus (3) melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi agen informasi. (http://oliviadwiayu.wordpress.com).
Bila melihat fungsi surat kabar tersebut, sudah tentu begitu banyak manfaat yang dapat kita ambil dari surat kabar. Salah satunya yaitu fungsi informasi.
Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak pembaca surat kabar yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi disekitarnya.
Jadi tidak mengherankan jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 9 Februari Tahun 2008 yang lalu, telah mencanangkan gerakan membaca koran massal di kalangan pelajar, dalam rangkaian peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2008 yang dipusatkan di lapangan Tri Lomba Juang Mugas Semarang.
Memang tidak salah jika seorang kepala negara menempatkan posisi membaca sebagai hal yang sangat penting.
Karena dengan membaca, seseorang dapat menerima informasi, memperdalam pengetahuan, dan meningkatkan kecerdasan.
Pemahaman terhadap kehidupanpun akan semakin tajam karena membaca dapat membuka cakrawala untuk berpikir kritis dan sistematis.
Hanya dengan melihat dan memahami isi yang tertulis di dalam surat kabar dapat menjadikan kegiatan sederhana yang membutuhkan modal sedikit, tapi menuai begitu banyak keuntungan.
Dengan demikian masyarakat tidak mudah dibodohi akan hal-hal yang dapat merugikan mereka.
Di Indonesia sendiri, minat masyarakat terhadap membaca masih terbilang rendah, apalagi membaca surat kabar. Berdasarkan penelitian terhadap tingkat daya membaca di 41 negara, Indonesia berada di peringkat ke-39.
Sedangkan tingkat membaca pada anak-anak menurut laporan Bank Dunia, dan Studi lEA di Asia Timur, Indonesia mendapat skor 51,7 di bawah Filipina (52,6); Thailand (65,1) dan Singapura (74,0),(http://cetak.faiar.co.id).
Apalagi bila dibandingkan dengan negara lain yang ada di Asia, misalnya Jepang. Kita masih jauh tertinggal.
Masyarakat Jepang sangat disiplin dalam memanfaatkan waktu, bagi mereka waktu adalah uang dan ini tidak boleh di sia-siakan, merekapun tidak memandang tempat yang dapat digunakan untuk kegiatan membaca, apakah di stasiun kereta, terminal bus atau antrean calon penumpang taksi, dengan mudah ditemukan orang-orang yang sedang membaca. Jadi tidak mengherankan jika oplah koran di Jepang sangat tinggi.
Rata-rata pembaca koran di Jepang 1:2 sampai 1:3. Artinya, tiap dua atau tiga penduduk, satu di antaranya baca koran.
Salah satu hal yang lumrah di Jepang membaca surat kabar sambil berjalan di jalanan umum.
Apakah kita bisa menerapkan kondisi tersebut di negara kita, seperti halnya di Negara Jepang?
Asal kita mau, mengapa tidak! Salah satu caranya, mari kita tumbuhkan sikap disiplin dalam segala bidang. Terutama disiplin dalam berlalu lintas.
Coba kita bayangkan, bila hal tersebut kita terapkan di negara ini, misalnya membaca surat kabar sambil berjalan di jalanan umum, tentu kita akan diomelin oleh pengguna jalan lainnya, karena berjalan tanpa melihat kiri dan kanan ataupun depan dan belakang, kita lebih fokus pada surat kabar yang kita baca.
Oleh karena itu, marilah kita belajar bagaimana menghargai waktu, manfaatkan waktu luang untuk membaca surat kabar yang bisa kita dapatkan dimana saja.
Asalkan ada kemauan pasti ada jalan. Kita pasti mengenal sosok Iwan Gayo yang menulis buku pintar yang mengalami cetak ulang hingga puluhan kali.
Beliau selalu memanfaatkan waktu membaca surat kabar, hingga akhirnya terkenal karena larisnya buku yang ditulisnya dari kebiasaan membaca surat kabar.
Untuk itu, marilah kita tumbuhkan budaya membaca mulai dari lingkungan yang paling kecil disekitar kita, yaitu keluarga.
Tentunya dari hal yang kecil itulah, nantinya dapat memberikan pengaruh terhadap yang lainnya sehingga menjadi besar.
Membaca surat kabar juga tidak harus yang berisi berita terbaru, informasi berita yang sudah beredar beberapa waktu yang lalu, juga dapat kita jadikan referensi bagi pemahaman keilmuan kita.
Oleh karena itu, perlu kita ingat bersama, dengan membaca surat kabar, berarti kita sudah mengetahui sebagian dari suara masyarakat yang ada di sekitar kita. Membaca surat kabar, juga dapat menumbuhkan perilaku positif.
Perilaku yang harus diawali dengan pembiasaan (conditioning) sebelum akhirnya mendarah daging dalam keseharian kita. Untuk itu, marilah dari sekarang kita melakukan aktivitas membaca surat kabar. Selamat membaca.
source by www.ubb.ac.id
Bukan hanya kalangan pejabat atau pengusaha saja yang membaca surat kabar, tetapi ada tukang becak, para pedagang,supir angkot, tukang parkir, mahasiswa dan lain sebagainya.
Dengan membaca surat kabar, kita bisa terus mengikuti perkembangan-perkembangan aktual, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Pada intinya kita semua membutuhkan informasi. Informasi sudah dianggap sebagai kebutuhan pokok, yang tidak boleh dilewatkan.
Surat kabar sendiri memiliki tiga fungsi utama dan fungsi sekunder seperti yang disampaikan oleh Agee seorang tokoh media.
Fungsi Utama Surat Kabar
yaitu (1). To Inform (menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam satu komunitas , negara dan dunia, (2) To comment (Mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya kedalam fokus berita, (3), To Provide (Menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media.
Fungsi sekunder Surat Kabar
yaitu; (1) untuk mengkampanyekan proyek-proyek yang bersifat kemasyarakatan, yang diperlukan untuk membantu kondisi-kondisi tertentu, (2) Memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik, kartun dan cerita khusus (3) melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi agen informasi. (http://oliviadwiayu.wordpress.com).
Bila melihat fungsi surat kabar tersebut, sudah tentu begitu banyak manfaat yang dapat kita ambil dari surat kabar. Salah satunya yaitu fungsi informasi.
Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak pembaca surat kabar yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi disekitarnya.
Jadi tidak mengherankan jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 9 Februari Tahun 2008 yang lalu, telah mencanangkan gerakan membaca koran massal di kalangan pelajar, dalam rangkaian peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2008 yang dipusatkan di lapangan Tri Lomba Juang Mugas Semarang.
Memang tidak salah jika seorang kepala negara menempatkan posisi membaca sebagai hal yang sangat penting.
Karena dengan membaca, seseorang dapat menerima informasi, memperdalam pengetahuan, dan meningkatkan kecerdasan.
Pemahaman terhadap kehidupanpun akan semakin tajam karena membaca dapat membuka cakrawala untuk berpikir kritis dan sistematis.
Hanya dengan melihat dan memahami isi yang tertulis di dalam surat kabar dapat menjadikan kegiatan sederhana yang membutuhkan modal sedikit, tapi menuai begitu banyak keuntungan.
Dengan demikian masyarakat tidak mudah dibodohi akan hal-hal yang dapat merugikan mereka.
Di Indonesia sendiri, minat masyarakat terhadap membaca masih terbilang rendah, apalagi membaca surat kabar. Berdasarkan penelitian terhadap tingkat daya membaca di 41 negara, Indonesia berada di peringkat ke-39.
Sedangkan tingkat membaca pada anak-anak menurut laporan Bank Dunia, dan Studi lEA di Asia Timur, Indonesia mendapat skor 51,7 di bawah Filipina (52,6); Thailand (65,1) dan Singapura (74,0),(http://cetak.faiar.co.id).
Apalagi bila dibandingkan dengan negara lain yang ada di Asia, misalnya Jepang. Kita masih jauh tertinggal.
Masyarakat Jepang sangat disiplin dalam memanfaatkan waktu, bagi mereka waktu adalah uang dan ini tidak boleh di sia-siakan, merekapun tidak memandang tempat yang dapat digunakan untuk kegiatan membaca, apakah di stasiun kereta, terminal bus atau antrean calon penumpang taksi, dengan mudah ditemukan orang-orang yang sedang membaca. Jadi tidak mengherankan jika oplah koran di Jepang sangat tinggi.
Rata-rata pembaca koran di Jepang 1:2 sampai 1:3. Artinya, tiap dua atau tiga penduduk, satu di antaranya baca koran.
Salah satu hal yang lumrah di Jepang membaca surat kabar sambil berjalan di jalanan umum.
Apakah kita bisa menerapkan kondisi tersebut di negara kita, seperti halnya di Negara Jepang?
Asal kita mau, mengapa tidak! Salah satu caranya, mari kita tumbuhkan sikap disiplin dalam segala bidang. Terutama disiplin dalam berlalu lintas.
Coba kita bayangkan, bila hal tersebut kita terapkan di negara ini, misalnya membaca surat kabar sambil berjalan di jalanan umum, tentu kita akan diomelin oleh pengguna jalan lainnya, karena berjalan tanpa melihat kiri dan kanan ataupun depan dan belakang, kita lebih fokus pada surat kabar yang kita baca.
Oleh karena itu, marilah kita belajar bagaimana menghargai waktu, manfaatkan waktu luang untuk membaca surat kabar yang bisa kita dapatkan dimana saja.
Asalkan ada kemauan pasti ada jalan. Kita pasti mengenal sosok Iwan Gayo yang menulis buku pintar yang mengalami cetak ulang hingga puluhan kali.
Beliau selalu memanfaatkan waktu membaca surat kabar, hingga akhirnya terkenal karena larisnya buku yang ditulisnya dari kebiasaan membaca surat kabar.
Untuk itu, marilah kita tumbuhkan budaya membaca mulai dari lingkungan yang paling kecil disekitar kita, yaitu keluarga.
Tentunya dari hal yang kecil itulah, nantinya dapat memberikan pengaruh terhadap yang lainnya sehingga menjadi besar.
Membaca surat kabar juga tidak harus yang berisi berita terbaru, informasi berita yang sudah beredar beberapa waktu yang lalu, juga dapat kita jadikan referensi bagi pemahaman keilmuan kita.
Oleh karena itu, perlu kita ingat bersama, dengan membaca surat kabar, berarti kita sudah mengetahui sebagian dari suara masyarakat yang ada di sekitar kita. Membaca surat kabar, juga dapat menumbuhkan perilaku positif.
Perilaku yang harus diawali dengan pembiasaan (conditioning) sebelum akhirnya mendarah daging dalam keseharian kita. Untuk itu, marilah dari sekarang kita melakukan aktivitas membaca surat kabar. Selamat membaca.
source by www.ubb.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar