Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
Salah satu karya emas dari sang maestro Chairil Anwar yang sangat indah. karya yang dibuat pada tahun 1946 ini adalah pembuktian bahwa sang maestro juga bisa berpuitis dengan sajak-sajaknya yang dalam. Pria yang lahir pada tanggal 26 juli 1922 ini menciptakan puisi ini hanya untuk seorang wanita bernama Sri Arjati. Nampak sekali unsur romantisme dalam puisi tanpa meninggalkan ciri khasnya yang semangat dan gagah.
Dengan puisi ini, beliau memberi pesan bahwa cinta sejati adalah cinta yang dibalut dengan kesetiaan yang didukung dengan rasa percaya.
Dengan puisi ini, beliau memberi pesan bahwa cinta sejati adalah cinta yang dibalut dengan kesetiaan yang didukung dengan rasa percaya.